Inspired by Cury yang kemaren baru aja
berpetualang ke Lombok dan sudah menelurkan beberapa tulisan tentang pengalamannya di Lombok,
sedangkan aku yang udah stay di Lombok hampir 8 bulan baru menuliskan 2 dari
banyak ide dan pengalaman yang aku dapat selama di Lombok! (Berasa ditabok pake
sandal swallow!), so that I wrote this story hahaha.
Ceritanya ...
1 hari menjelang hari raya Nyepi, di kota Mataram
terdapat suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pemeluk agama hindu di
pulau Lombok ini untuk mengadakan pawai ogoh – ogoh. Ogoh – ogoh merupakan
suatu karya seni semacam patung tapi terbuat dari kertas atau kardus atau
apalah itu yang menggambarkan kepribadian seorang “bhuta kala” yang kata om
Wikipedia dalam ajaran hindu sosok ini menggambarkan kekuatan alam semesta yang
tak terbantahkan. Sosok ini biasanya digambarkan sebagai sosok yang besar dan
menakutkan semacam raksasa.
Ogoh – ogoh ini akan diarak keliling kota mataram
yang dimulai dari daerah sepanjang jalan Mall Mataram (Jalan Pejanggik kalo
nggak salah) yang lalu diputar keliling kota Mataram dan berakhir ke pura
masing – masing. Konon katanya maksud dari ogoh – ogoh ini diarak keliling di
suatu daerah supaya roh – roh jahat atau setan – setan akan ikut bersama ogoh –
ogoh karena para setan itu menganggap ogoh – ogoh ini merupakan rumah mereka.
Setelah diarak keliling kota ogoh – ogoh ini berakhir ke pura masing – masing
dan kemudian di pura tersebut diadakan ritual pembakaran ogoh – ogoh. Hal ini
konon dimaksudkan supaya setan – setan atau roh jahat atau energi negatif yang
ikut bersama ogoh – ogoh menjadi hilang seiring dengan terbakarnya si ogoh –
ogoh. Dengan demikian masyarakat pemeluk agama hindu akan siap untuk memasuki
dan memaknai Nyepi dengan kondisi yang baru dan bersih (dari berbagai sumber).
Salah satu rombongan ogoh - ogoh |
Karena momen ini termasuk momen yang langka, aku
bersama seorang teman berencana untuk ikut menyaksikan pawai ogoh – ogoh. Maka
berangkatlah aku seorang diri di siang itu 29
Maret 2014 selepas ngantor dari Selong city menuju Mataram city. FYI di
Lombok ini aku tinggal di Kabupaten Lombok Timur di kota Selong yang mana butuh
waktu 1 – 2 jam perjalanan untuk mencapai kota Mataram. Dan FYI lagi hari itu
adalah pertama kalinya aku merasakan transportasi umum pulau Lombok yang namanya
“ENGKEL”. Engkel merupakan transportasi umum utama yang menghubungkan antar
Kabupaten di Pulau Lombok ini, berupa sebuah mobil angkutan secamam angkot tapi
ukurannya lebih besar semacam colt diesel yang kalau di Jawa terutama di
tempatku disebut “Colt” (baca : Kol ‘o’ dalam kata Tol). Selama kurang lebih 2
jam mengarungi lautan aspal dari kota Selong menuju kota Mataram dalam suatu
lingkungan yang asing karena di dalam angkutan itu para penumpangnya saling
berucap dalam bahasa Sasak (bahasa suku Sasak Lombok) yang mana aku tak
mengerti sama sekali artinya aku hanya senyum – senyum saja. Sesekali melihat
mimik wajah yang terlihat sumringah yang diiringi dengan tawa, sesekali melihat
raut muka yang serius, sesekali aku menerka dalam batinku tentang apa yang
mereka obrolkan. Bukan berarti aku kepo loh ya!
Bentuk engkel Lombok |
Sesampainya di pemberhentian terakhir di Terminal
Mandalika di daerah bernama Bertais, aku pun turun dan menunggu jemputan. Aku
dijemput oleh seorang teman perempuan bernama Jati yang mana dia seorang rimbawan
juga yang sedang bertugas di Lombok bagian Barat (sedangkan aku di Timur).
“Kenapa harus di jemput?”
Karena FYI teman di Pulau ini terbilang sulit
mengenai transportasi umumnya. Ada sih angkot tetapi untuk orang yang belum
berpengalaman cukup membingungkan karena terkadang jalur yang dilewati
angkotnya tidak jelas dan tidak pasti. Pernah aku berniat memberanikan diri
untuk mencoba naik angkot kecil tetapi seseorang asli Lombok mulai menakut –
nakuti “Jangan naik angkot sendirian nanti diculik. Di sini banyak penculikan.”
(Untuk masalah ini kita bicarakan lain kali saja hehe sekarang fokus ke ogoh -
ogoh)
Beberapa menit kemudian si Jati pun muncul bersama
si Karisma (motor.red) dan helm ijo kesayangannya. Tanpa basa basi kami meluncur menuju
Mataram kota (terminal Bertais belum masuk kota Mataram) dan lalu menuju ke kos
Jati di mana aku akan bermalam di kota Mataram ini. Sore itu kami hanya singgah
ke beberapa tempat makan dan malamnya menyiapkan energi untuk mengiringi pawai
ogoh – ogoh esok hari.
30 Maret 2014
Pagi – pagi kami bersiap untuk ikut meramaikan
iringan pawai ogoh – ogoh. Kami memutuskan untuk tidak menggunakan sepeda motor
menuju ke lokasi karena ditakutkan lebih susah mengakses jalan untuk mengikuti
iringan dari ogoh – ogoh itu. Akhirnya kami mulai berjalan kaki dari kos Jati
yang letaknya di dekat bandara Selaparang menuju ke arah Mall Mataram di Jalan
Pejanggik. Kami tidak langsung menuju lokasi tetapi kami melewati taman Udayana
dimana setiap hari minggu diadakan car-free-day
dan pasar kaget di sepanjang taman tersebut (kalau di Yogyakarta semacam pasar
Sunday ‘sunmor’ morning). Di tempat tersebut kami mengisi energi kami dengan
berbagai macam kuliner yang menggoda selera.
Suasana car-free-day di taman Udayana |
Setelah kurang lebih 1 jam berada di lokasi
tersebut kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata perjalanan ini
tak sedekat dan sejauh yang aku bayangkan. Kalau kata om google map jarak yang
kami tempuh sekitar 6 km, tapi anehnya meski ternyata jauh perjalanan kami
tidak begitu melelahkan (pada saat itu), tetapi setelah itu kaki dan pantat
kami rasanya luar biasa pegalnya. Tapi tak apalah demi ogoh – ogoh. Dan setelah
keluar dari komplek taman Udayana dan berjalan ke arah kota melewati kantor
Gubernur Nusa Tenggara Barat, dari kejauhan tampaklah sekelompok orang yang
beramai – ramai berbaris rapi di tepi jalan sambil beberapa diantara mereka
memanggul sesosok raksasa di pundak mereka.
Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat |
Pasukan ogoh - ogoh yang nampak dari kejauhan |
Pasukan ogoh - ogoh setelah dizoom |
Pasukan pawai yang lain |
“Ogoh – ogoh!!!”, teriakku antusias.
Kami pun mempercepat langkah kami untuk mengejar
ogoh – ogoh tersebut. Tetapi apa daya jarak kami dengan rombongan itu cukup
jauh alhasil kami tertinggal jejak mereka. Akhirnya kami menyerah untuk
mengejar rombongan itu dan melangkahkan kaki langsung menuju ke TKP dimana ogoh
– ogoh tersebut berkumpul dan memulai pawainya, Jalan Pejanggik! Sekitar 20
menit kemudian kami pun sampai ke tujuan. That was so crowded!!! Seems almost
all Lombok people gathered there! Ogoh – ogoh dengan berbagai macam variasi
karakter pun memenuhi jalan dari depan Mataram Mall hingga pasar Cakranegara sepanjang
sekitar 1,2 km (google said).
Beberapa variasi karakter ogoh - ogoh |
Rombongan musik |
Ogoh - ogoh seram |
Anak - anak kecil pun ikut memanggul ogoh - ogoh |
Adek - adek yang lebih kecil juga ikut meramaikan |
Ogoh - ogoh unik |
'Orkestra' ogoh - ogoh |
aku dan rombongan ogoh - ogoh
|
Ogoh -ogoh bersama kehidupan modern manusia sekarang |
Setelah puas berkeliling sambil melihat – lihat ogoh
– ogoh yang unik aku dan temanku memutuskan untuk pulang karena hari sudah
mulai siang dan kami akan melanjutkan agenda selanjutnya. Karena jarak antara
TKP dan kos Jati sangat “lumayan” jika ditempuh lagi dengan berjalan kaki
akhirnya kami pulang menggunakan taksi.
dan hari itu aku merasakan adanya "Bali" di pulau "Seribu Masjid" Lombok.
Masbagik 08102014 11.30 WITA
@Rinjani Timur Forest Management Unit Office
*refreshing pulang dari tugas negara*
kren...kren..kren.....
ReplyDeleteBest Casinos in Harrah's Philadelphia - MapyRO
ReplyDeleteThe Best Harrah's Philadelphia 안동 출장마사지 Casino 경기도 출장마사지 & Racetrack. The 인천광역 출장샵 Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack has an array of slot machines and table 경주 출장샵 games from top 정읍 출장마사지