Masih pada inget ceritaku tentang “My First Journey in Lombok Island”? Di cerita itu aku menceritakan tentang tugas pertamaku sebagai seorang BASARHUT. Dan sekarang aku akan melanjutkan ceritaku tentang misi keduaku sebagai seorang BASARHUT di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Timur. Sekitar satu minggu setelah misi pertama, kami mendapatkan misi kedua untuk melakukan monitoring dan evaluasi hasil rehabilitasi hutan pantai di salah satu area kerja KPHL Rinjani Timur yaitu di Gili Petagan.
Do you still remember my story about My First Journey in Lombok Island? In that story, I wrote about my first job as BASARHUT. And now I will continue my story about my 2nd mission as a BASARHUT in Rinjani Timur Forest Management Unit. About a week after our first job as BASARHUT, we got our second mission which was doing monitoring and evaluation of beach reforestation plants in one of our forest management unit area in Gili Petagan.
|
a part of Gili Petagan |
23 Maret 2014
March 23rd 2014
Pagi – pagi buta aku dan teman – temanku sudah mulai sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatu yang kami butuhkan untuk menjalankan misi kedua. Tentunya kami tidak lupa untuk menyiapkan sarapan pagi karena misi kali ini membutuhkan cukup banyak energi. Beberapa jam kemudian kami telah bersiap untuk pergi ke lapangan. Kami dijemput oleh salah seorang senior di KPHL Rinjani Timur dan nantinya senior tersebut akan menjadi guide kita selama bekerja di lapangan.
In such an early morning my friends and I had been busy while preparing things we need to do our second mission. We also did not forget to have breakfast because our mission needs a bunch of energy. In some hours later we had been ready to go to the field. We were picked up by one of our senior in Rinjani Timur Forest Management Unit and later he would be our guide to do this mission.
Pukul 08.00 WITA kami telah mulai berangkat ke lapangan. Perjalanan kami membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke pantai tempat kita akan menyeberang menuju ke gili. FYI Gili Petagan merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Lombok bagian TImur dekat dengan dua gili lainnya yakni Gili Sulat dan Gili Lawang. Ketiga gili tersebut masuk ke dalam kawasan pengelolaan hutan KPHL Rinjani Timur. Dan oleh karena itu kami harus mengarungi laut terlebih dahulu untuk mencapai Gili Petagan.
At 08.00 am (Central Indonesia Standard Time) we had departed to the field. It took about 2 hours to arrive in the coast, the place where we will across the sea to Gili Petagan. FYI Gili Petagan is a small island which located in East Lombok near with 2 others Gili called Gili Sulat and Gili Lawang. Those islands are included into KPHL Rinjani Timur forest management area. So, we need to across the sea to reach Gili Petagan.
|
Tempat penyeberangan |
|
Another view in tempat penyeberangan - budidaya mutiara air laut |
Sesampainya di tepi pantai tempat kita akan menyeberang menuju ke Gili Petagan kami disambut ramah oleh salah seorang mitra KPH dari kelompok tani di daerah tersebut yang mana beliau yang akan mengantar kami menyeberang menuju ke Gili. Setelah beristirahat sejenak kami pun mulai beranjak. Pada awalnya aku sempat gentar untuk menjalakan misi ini gegara ombak pantai yang cukup tinggi dan aku yang memiliki gejala phobia terhadap transportasi air semacam kapal, perahu, dsb. Sempat terpikir untuk mengundurkan diri dari misi kedua, tetapi sebagai seorang rimbawan apakah semudah itu untuk menyerah? TIDAK! Dan aku memberanikan diri untuk mengarungi lautan yang ganas dan dipenuhi ombak tinggi. Sepanjang perjalanan menyeberang ke gili aku hanya dapat berdoa seiring dengan teombang – ambingnya perahu kami terkena limpasan ombak. Dan 30 menit kemudian kami pun sampai ke Gili Petagan dan aku berhasil mengatasi ketakutanku akan transportasi air.
|
posing before crossing the sea |
Arrived in the location where we will across to the gili we were kindly welcomed by one of forest farmer which has collaboration with KPHL Rinjani Timur and he is the one who will accompany us to across the sea to Gili. After some rest we started to begin our adventure. At first I was a bit hesitant to do this mission due to the billow and I have such water transportation (such as ship, boat, etc) phobia symptom. I had a thought to give up with this 2nd mission, but I still had a pride as a forester, would I give up so easily? NOPE! And I forced myself to cross that wild sea and full of billow. I just could pray along the boat was bob up and down due to the wave. And 30 minutes later we arrived at Gili Petagan and I was success to struggle with my fear.
|
I made it!!! |
A bunch of happy feeling fulfilled inside of my heart. And moreover God’s Masterpiece in front of our eyes seems pay off our struggle to come to that place. It was so damn worth! We got holiday feeling in this mission. Actually this mission was held in Sunday which means it is holiday. So we feels like working while having vacation or conversely.
|
Berugak and Gili Petagan |
Sejenak kami mengistirahatkan diri di sebuah berugak yang dibuat di dekat dermaga tempat kita berlabuh di pulau itu. Setelah semua persiapan siap kami mulai menjalankan misi untuk melakukan monitoring hasil rehabilitasi hutan pantai. Terlihat di pulau itu didominasi oleh rerumputan dan hanya sedikit pohon yang masih berdiri kokoh. Karena hal itu juga pulau itu terasa sangat panas oleh teriknya sinar matahari. Kami terasa seperti terpanggang sembari menjalankan misi untuk memonitoring dan evaluasi hasil penanaman kegiatan rehabilitasi hutan pantai. Berbekal dengan GPS dan alat tulis kami pun beraksi.
We took a rest for a while in a berugak (traditional sasak tribe living room outside the house without any wall) which made near with the port we anchor in that island. When everything’s ready we started to do the mission to observe and evaluate the outcome of beach forest rehabilitation. In that island dominated by the weeds and only some trees which still live there. Because of it that island felt so hot by the sun. We felt like burned while doing the mission. We did our mission by using GPS and stationeries.
|
Marking the seedling by GPS |
|
counting the survived seedling |
Langkah demi langkah kami menyusuri setiap sudut pulau ini sembari meghitung berapa banyak semai ketapang dan waru yang berhasil hidup di pulau ini. Kami tandai semai – semai yang berhasil hidup itu dengan GPS lalu memetakannya secara kasar dengan secarik kertas yang kami bawa. Meski pulau ini terbilang kecil dan tidak terlalu luas tetapi tetap saja berjalan di atasnya membutuhkan banyak tenaga. Terlebih lagi ditambah dengan teriknya sinar matahari yang membakar energi kami sedikit demi sedikit terkuras. Tetapi pada akhirnya kami berhasil menyelesaikan misi ini.
Step by step we walked down in every corner of this island while counting how many ketapang (Terminalia catappa) and waru (Hibiscus tiliaceus) seedlings which succesfully survived in this island. We marked those seedlings using GPS then mapped it briefly in a piece of paper we brought. Although this island is a tiny island but walking around it required so much energy. Moreover the sun burned our energy little by little. But in the end we successed to finish our mission.
|
Istirahat di Berugak |
|
He's Mr. Edy , our senior in Rinjani Timur Forest Management Unit and our guide at that time |
Hari mulai senja dan misi kami pun telah selesai. Sembari istirahat di berugak kami pun mengobrol santai dengan penduduk lokal yang juga sedang beristirahat setelah melakukan kegiatan penanaman untuk rehabilitasi hutan mangrove di pulau sebelah. Setelah beberapa saat kami memutuskan untuk pulang. Bersama – sama kami menaiki perahu yang sama dan muatan perahunya menjadi lebih banyak. Dengan ombak yang semakin besar membuat perjalanan pulang kali ini menjadi lebih menyeramkan. 45 menit kemudian kami berhasil berlabuh dengan selamat.
When the dusk just came, our mission had been finished. While took a rest in berugak we chatted with local communities who also took a rest after planting to rehabilitate mangrove forest in neighborhood island. Then we decided to go home. We get on the boat together so the boat quite full. With big wave in the ocean made this journey became scarier. 45 minutes later we arrived safely.
|
narsis dulu sebelum pulang |
|
on the way home |
|
last selfie before going back home |
Thank youuuu for reading :)
Masbagik 031214 11.40 WITA
Rinjani Timur Forest Management Unit Office
what a cloudy day
p.s. sorry for being messy in my English I'm still learning after all :p
No comments:
Post a Comment