Pages

Wednesday, October 8, 2014

Nuansa 'Bali' di Pulau Seribu Masjid

Inspired by Cury yang kemaren baru aja berpetualang ke Lombok dan sudah menelurkan beberapa  tulisan tentang pengalamannya di Lombok, sedangkan aku yang udah stay di Lombok hampir 8 bulan baru menuliskan 2 dari banyak ide dan pengalaman yang aku dapat selama di Lombok! (Berasa ditabok pake sandal swallow!), so that I wrote this story hahaha.
 
Salah satu Pura di Mataram, Lombok
Ceritanya ...

1 hari menjelang hari raya Nyepi, di kota Mataram terdapat suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pemeluk agama hindu di pulau Lombok ini untuk mengadakan pawai ogoh – ogoh. Ogoh – ogoh merupakan suatu karya seni semacam patung tapi terbuat dari kertas atau kardus atau apalah itu yang menggambarkan kepribadian seorang “bhuta kala” yang kata om Wikipedia dalam ajaran hindu sosok ini menggambarkan kekuatan alam semesta yang tak terbantahkan. Sosok ini biasanya digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan semacam raksasa.

Ogoh – ogoh ini akan diarak keliling kota mataram yang dimulai dari daerah sepanjang jalan Mall Mataram (Jalan Pejanggik kalo nggak salah) yang lalu diputar keliling kota Mataram dan berakhir ke pura masing – masing. Konon katanya maksud dari ogoh – ogoh ini diarak keliling di suatu daerah supaya roh – roh jahat atau setan – setan akan ikut bersama ogoh – ogoh karena para setan itu menganggap ogoh – ogoh ini merupakan rumah mereka. Setelah diarak keliling kota ogoh – ogoh ini berakhir ke pura masing – masing dan kemudian di pura tersebut diadakan ritual pembakaran ogoh – ogoh. Hal ini konon dimaksudkan supaya setan – setan atau roh jahat atau energi negatif yang ikut bersama ogoh – ogoh menjadi hilang seiring dengan terbakarnya si ogoh – ogoh. Dengan demikian masyarakat pemeluk agama hindu akan siap untuk memasuki dan memaknai Nyepi dengan kondisi yang baru dan bersih (dari berbagai sumber).

Salah satu rombongan ogoh - ogoh
Karena momen ini termasuk momen yang langka, aku bersama seorang teman berencana untuk ikut menyaksikan pawai ogoh – ogoh. Maka berangkatlah aku seorang diri di siang itu 29 Maret 2014 selepas ngantor dari Selong city menuju Mataram city. FYI di Lombok ini aku tinggal di Kabupaten Lombok Timur di kota Selong yang mana butuh waktu 1 – 2 jam perjalanan untuk mencapai kota Mataram. Dan FYI lagi hari itu adalah pertama kalinya aku merasakan transportasi umum pulau Lombok yang namanya “ENGKEL”. Engkel merupakan transportasi umum utama yang menghubungkan antar Kabupaten di Pulau Lombok ini, berupa sebuah mobil angkutan secamam angkot tapi ukurannya lebih besar semacam colt diesel yang kalau di Jawa terutama di tempatku disebut “Colt” (baca : Kol ‘o’ dalam kata Tol). Selama kurang lebih 2 jam mengarungi lautan aspal dari kota Selong menuju kota Mataram dalam suatu lingkungan yang asing karena di dalam angkutan itu para penumpangnya saling berucap dalam bahasa Sasak (bahasa suku Sasak Lombok) yang mana aku tak mengerti sama sekali artinya aku hanya senyum – senyum saja. Sesekali melihat mimik wajah yang terlihat sumringah yang diiringi dengan tawa, sesekali melihat raut muka yang serius, sesekali aku menerka dalam batinku tentang apa yang mereka obrolkan. Bukan berarti aku kepo loh ya!
Bentuk engkel Lombok

Sesampainya di pemberhentian terakhir di Terminal Mandalika di daerah bernama Bertais, aku pun turun dan menunggu jemputan. Aku dijemput oleh seorang teman perempuan bernama Jati yang mana dia seorang rimbawan juga yang sedang bertugas di Lombok bagian Barat (sedangkan aku di Timur).

“Kenapa harus di jemput?”

Karena FYI teman di Pulau ini terbilang sulit mengenai transportasi umumnya. Ada sih angkot tetapi untuk orang yang belum berpengalaman cukup membingungkan karena terkadang jalur yang dilewati angkotnya tidak jelas dan tidak pasti. Pernah aku berniat memberanikan diri untuk mencoba naik angkot kecil tetapi seseorang asli Lombok mulai menakut – nakuti “Jangan naik angkot sendirian nanti diculik. Di sini banyak penculikan.” (Untuk masalah ini kita bicarakan lain kali saja hehe sekarang fokus ke ogoh - ogoh)

Beberapa menit kemudian si Jati pun muncul bersama si Karisma (motor.red) dan helm ijo kesayangannya. Tanpa basa basi kami meluncur menuju Mataram kota (terminal Bertais belum masuk kota Mataram) dan lalu menuju ke kos Jati di mana aku akan bermalam di kota Mataram ini. Sore itu kami hanya singgah ke beberapa tempat makan dan malamnya menyiapkan energi untuk mengiringi pawai ogoh – ogoh esok hari.

30 Maret 2014

Pagi – pagi kami bersiap untuk ikut meramaikan iringan pawai ogoh – ogoh. Kami memutuskan untuk tidak menggunakan sepeda motor menuju ke lokasi karena ditakutkan lebih susah mengakses jalan untuk mengikuti iringan dari ogoh – ogoh itu. Akhirnya kami mulai berjalan kaki dari kos Jati yang letaknya di dekat bandara Selaparang menuju ke arah Mall Mataram di Jalan Pejanggik. Kami tidak langsung menuju lokasi tetapi kami melewati taman Udayana dimana setiap hari minggu diadakan car-free-day dan pasar kaget di sepanjang taman tersebut (kalau di Yogyakarta semacam pasar Sunday ‘sunmor’ morning). Di tempat tersebut kami mengisi energi kami dengan berbagai macam kuliner yang menggoda selera.

Suasana car-free-day di taman Udayana

Setelah kurang lebih 1 jam berada di lokasi tersebut kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata perjalanan ini tak sedekat dan sejauh yang aku bayangkan. Kalau kata om google map jarak yang kami tempuh sekitar 6 km, tapi anehnya meski ternyata jauh perjalanan kami tidak begitu melelahkan (pada saat itu), tetapi setelah itu kaki dan pantat kami rasanya luar biasa pegalnya. Tapi tak apalah demi ogoh – ogoh. Dan setelah keluar dari komplek taman Udayana dan berjalan ke arah kota melewati kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat, dari kejauhan tampaklah sekelompok orang yang beramai – ramai berbaris rapi di tepi jalan sambil beberapa diantara mereka memanggul sesosok raksasa di pundak mereka.
Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat
Pasukan ogoh - ogoh yang nampak dari kejauhan
Pasukan ogoh - ogoh setelah dizoom

Pasukan pawai yang lain

“Ogoh – ogoh!!!”, teriakku antusias.

Kami pun mempercepat langkah kami untuk mengejar ogoh – ogoh tersebut. Tetapi apa daya jarak kami dengan rombongan itu cukup jauh alhasil kami tertinggal jejak mereka. Akhirnya kami menyerah untuk mengejar rombongan itu dan melangkahkan kaki langsung menuju ke TKP dimana ogoh – ogoh tersebut berkumpul dan memulai pawainya, Jalan Pejanggik! Sekitar 20 menit kemudian kami pun sampai ke tujuan. That was so crowded!!! Seems almost all Lombok people gathered there! Ogoh – ogoh dengan berbagai macam variasi karakter pun memenuhi jalan dari depan Mataram Mall hingga pasar Cakranegara sepanjang sekitar 1,2 km (google said).

Beberapa variasi karakter ogoh  - ogoh
Kami menyusuri sepanjang jalan itu untuk melihat – lihat berbagai macam variasi bentuk dan karakter ogoh – ogoh yang unik. Tak lupa juga kami berfoto ria. Ternyata tidak hanya ogoh – ogoh yang bervariasi tetapi peserta pawai ogoh – ogoh ini bervariasi dan unik. Dari anak kecil hingga orang dewasa, baik laki – laki maupun perempuan semua ikut berpartisipasi dalam pawai ini. Masing – masing kelompok yang sepertinya terbagi berdasarkan pura tempat mereka beribadah memiliki seragam dan keunikan masing – masing. Ada beberapa rombongan yang mengiringi ogoh – ogoh mereka dengan musik, beberapa memainkan alat musik tradisional dan beberapa menggunakan orkestra dangdut.

Rombongan musik

Ogoh - ogoh seram

Anak - anak kecil pun ikut memanggul ogoh - ogoh


Adek - adek yang lebih kecil juga ikut meramaikan

Ogoh - ogoh unik

'Orkestra' ogoh - ogoh
aku dan rombongan ogoh - ogoh

Jati dan ogoh  - ogoh
Ogoh -ogoh bersama kehidupan modern manusia sekarang
Setelah puas berkeliling sambil melihat – lihat ogoh – ogoh yang unik aku dan temanku memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai siang dan kami akan melanjutkan agenda selanjutnya. Karena jarak antara TKP dan kos Jati sangat “lumayan” jika ditempuh lagi dengan berjalan kaki akhirnya kami pulang menggunakan taksi.

dan hari itu aku merasakan adanya "Bali" di pulau "Seribu Masjid" Lombok.




Ogoh -ogoh dibawa pulang kembali ke Pura untuk ritual selanjutnya


Masbagik 08102014 11.30 WITA
@Rinjani Timur Forest Management Unit Office 
*refreshing pulang dari tugas negara*

2 comments:

  1. Best Casinos in Harrah's Philadelphia - MapyRO
    The Best Harrah's Philadelphia 안동 출장마사지 Casino 경기도 출장마사지 & Racetrack. The 인천광역 출장샵 Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack has an array of slot machines and table 경주 출장샵 games from top 정읍 출장마사지

    ReplyDelete