Pages

Monday, April 13, 2020

Berkeliling di Pulau Nusa Lembongan

Nusa Lembongan

Mari kita lanjutkan cerita yang masih tertunda. Kalau sebelumnya saya bercerita tentang petualangan laut di pulau Nusa Lembongan, kali ini saya akan menceritakan tentang kegiatan yang kami lakukan di darat. 

Baiklah!

Waktu bermain di laut telah usai dan kami pun dibawa menuju ke darat - Pulau Nusa Lembongan - untuk beristirahat, bersih - bersih dan makan siang. Hanya kurang dari sepuluh menit, kami akhirnya mulai menginjakkan kaki lagi di daratan. Lega rasanya. Kesan pertama saya ketika sampai di pulau itu, lengang. Kedatangan kami hanya disambut oleh hamparan pasir pantai yang cukup luas dengan beberapa bangunan yang terlihat tanpa penghuni. Kami kemudian berjalan mengikuti arahan dari abang tour guide, dan siapa sangka jika kesan pertama saya akan berubah secepat kilat. Ternyata pulau ini cukup ramai. Yang saya temui di bibir pantai hanyalah semacam 'fatamorgana'. 'Don't jump to conclusions too quickly' mungkin saran yang tepat untuk saya. 

Setelah beberapa saat berjalan, kami tiba di sebuah bangunan yang mirip seperti pendopo - luas, cukup terbuka, beratap, berpilar besar, tetapi tidak bertembok. Bangunan itu merupakan salah satu bagian dari resort tempat kami diagendakan untuk beristirahat. Abang tour guide mulai memberikan pengarahan tentang hal - hal apa yang kami bisa lakukan di tempat ini. Begitu pengarahan selesai, kami memutuskan untuk bergegas membersihkan diri sebelum mengisi energi - makan siang. Siapa sangka di balik bangunan yang tampak hening itu terdapat puluhan wisatawan yang juga sedang bersih - bersih. Di sebuah gedung (lupa di sebelah atau di belakang pendopo) yang terdiri dari sepuluh (atau lebih - saya lupa persisnya) bilik tempat mandi khusus wanita saya dan kedua kawan mengantre. Saya tidak tahu bagaimana kondisi di tempat mandi pria. Tidak bertanya pada satu - satunya rekan laki - laki di kelompok saya.

Saatnya makan siang! Sudah bersih, sudah ibadah, lalu kami berkumpul kembali di 'pendopo' untuk mengisi energi. Beragam sajian telah siap tersedia di bangunan itu. Meja dan kursi untuk tempat kami makan juga telah tertata dengan rapi. Makan siang kali ini bentuknya prasmanan - boleh memilih makanan yang disuka dengan porsi sesukanya. Saya lupa - lupa ingat apa saja menunya, yang jelas saat itu saya hanya mengambil makanan untuk vegetarian (plant-based food) karena ada keraguan dihati saya akan kehalalan makanan yang berdaging. Seusai makan, masih ada sedikit waktu luang sebelum kegiatan selanjutnya dimulai. Kami kemudian berjalan ke arah pantai menuju ke kolam renang untuk bersantai di bawah parasol yang tersedia.

Bersantai di bawah parasol
Hawa pantai yang panas tapi sejuk karena angin, ditambah kondisi perut kami yang terisi penuh membuat kami merasa mengantuk. Setelah sekitar setengah jam beristirahat, waktu untuk kegiatan selanjutnya tiba. Kali ini kami akan diajak untuk berkeliling pulau Nusa Lembongan, mengunjungi beberapa titik wisata populer di pulau ini. Sebuah armada - mobil bak terbuka yang disulap menjadi mobil wisata - dan seorang driver telah disiapkan oleh penyedia jasa wisata untuk membawa kami berkeliling. Sang driver yang ramah menyambut kami dengan hangat. Setelah perkenalan singkat, kami pun berangkat.

Transportasi yang kami naiki untuk berkeliling pulau Nusa Lembongan.
Daratan dengan luas kurang dari 7 km persegi (6.15 km persegi tepatnya) ini ternyata cukup dipadati dengan berbagai macam bangunan mulai dari rumah penduduk hingga fasilitas umum seperti tempat penginapan, pusat kesehatan dan tempat ibadah. Cukup wajar karena pulau ini meruapakan salah satu destinasi wisata populer di Bali. Dengan adanya fasilitas umum yang memadai, maka wisatawan akan lebih nyaman untuk berkunjung. Hanya saja, sayangnya, ditemukan beberapa bangunan yang terletak di lokasi yang kurang tepat sehingga tidak berdampak positif terhadap lingkungan serta mengurangi keindahan pulau. Selain itu, terlihat banyak reklame yang terpasang menawarkan lahan kosong untuk dimanfaatkan.
   
Armada kami melaju menyusuri jalan aspal di tengah permukiman menuju ke sebuah bukit. Sekitar 20 menit kemudian mobil kami berhenti di sebuah lokasi di mana pemandangan laut dapat terlihat jelas dari atas bukit. Berdasarkan penuturan bapak driver, tempat tersebut cukup digemari wisatawan untuk berfoto atau sekedar menikmati keindahan panorama alam. Tak terkecuali kami. Matahari yang sangat menyengat siang itu tidak jadi masalah bagi kami untuk tetap bergerak aktif mengabadikan momen. Saya terpukau dengan keindahan panorama di daerah itu. Saking eloknya, saya sangat bersemangat untuk men'capture' pemandangan itu dan berencana untuk membaginya kepada semua orang -"Hei lihat ini bagus banget!". Tapi sayang sekali, saya tidak membawa si Puphi - alat potret saya yang sekarang entah ada dimana - saya lupa. Sedangkan kamera ponsel saya kurang baik untuk mengambil gambar. Bisa tapi does not do it justice - istilahnya. Yah pikir saya lebih baik ada daripada tidak ada sama sekali, saya pun memanfaatkan kamera ponsel saya.

Hasil bidikan saya dengan kamera ponsel.

Tidak lupa kami ber-wefie mengabadikan momen.
Disamping itu, tidak lupa kami mengambil gambar bersama untuk kenang - kenangan, tentunya dibantu oleh bapak driver.


Hasil bidikan bapak driver.
Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan. Beberapa menit kemudian kami sampai di sebuah lokasi wisata populer yang dikenal dengan sebutan 'Devil's Tears'. Iya namanya 'Air mata iblis'. Mungkin kedengaran seram. Seseram itukah tempatnya? Tidak sama sekali. Justru kebalikannya. Tempat itu indah. Tidak seperti pantai berpasir yang layaknya kita temukan di banyak tempat wisata pulau, tempat ini terdiri dari tebing - tebing karang yang dihiasi dengan basutan air laut ke udara hasil peraduan dari deburan ombak Samudera Hindia yang menghantam keras bebatuan karang. Semburan air laut itulah yang jatuh kembali ke bebatuan seperti air mata lalu kembali mengalir ke laut. Mungkin karena fenomena ini, tempat wisata ini disebut dengan 'Devil's Tears'.

Devil's tears
Siang itu cerah atau malah bisa dibilang terik. Pulau yang saya kira sepi ini ternyata cukup banyak pengunjung. Kawasan 'Devil Tears' dipenuhi wisatawan. Saking penuhnya, kami kesulitan untuk mencari tempat untuk bersantai dan berfoto. Karena terlalu terik dan padat kami tidak berlama - lama di lokasi itu. Kami pun beranjak ke lokasi selanjutnya.

Lokasi kedua, saya tidak berhasil mengingat namanya. Tapi, tempat itu masih satu jalur dengan Devil's Tear. Bedanya, kawasan ini lebih tinggi sehingga tidak terjangkau oleh air laut. Meskipun demikian, kami dapat melihat pemandangan laut lepas dari tempat tersebut. Lebih sepi, tetapi tidak lengang juga. Kami berjumpa dengan beberapa grup wisatawan yang sedang mengambil foto laut ataupun diri mereka sendiri - selfie atau wefie mungkin istilah yang dapat menggambarkan aktivitas mereka.

Tidak terasa waktu kami bersenang - senang usai. Kami kembali ke titik awal kami berlabuh di Nusa Lembongan. Para tour guide telah menanti kami di tepi pantai tempat kami akan bertolak pulang ke pulau Dewata. Tanpa berlama - lama lagi kami masuk ke speedboat yang sudah dipenuhi oleh penumpang. Sekitar tiga puluh menit kemudian kami pun tiba di Bali.

Kami yang bersiap untuk pulang
Kondisi speedboat yang penuh wisatawan.
Seru! mungkin satu kata yang tepat untuk menggambarkan one-day trip ini. Bagi saya pribadi, pengalaman ini sangat berkesan karena saya bisa mencoba hal - hal baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya seperti seawalking. Selain itu, saya bangga dengan diri saya yang berhasil mengatasi ketakutan dan insecurity saya akan laut - perjalanan laut atau air lebih tepatnya. Kalau saja saat itu saya jadi mangkir dari perjalanan ini, mungkin hingga saat ini saya masih belum pernah mencoba berjalan di dasar laut atau berhasil menyeberangi samudera menuju ke pulau kecil. Pelajaran yang bisa saya ambil dari pengalaman ini adalah 'jangan mundur sebelum berperang dan jangan takut untuk mencoba'. Kita tidak akan tau keseruan apa yang akan kita hadapi di hidup kita kalau kita tidak pernah mencoba untuk melangkah. Sibuk sendiri di zona nyaman memang enak tapi ternyata ada banyak keseruan yang bisa kita rasakan ketika kita berjalan keluar wilayah 'nyaman' kita. Dan keberhasilan saya keluar dari zona nyaman saya menjadi salah satu pencapaian pribadi saya yang memuaskan dan bisa terus mengingatkan saya kalau ternyata saya BISA - dari yang saya kira.



Cheers!

p.s. This was a story from three years ago. Yes! This journey was in 2017. That's why there are some information that I could not remember. And maybe there are some errors in this story as well due to my poor memory :D I wrote this story because of a storytelling challenge. But, I am glad that I can write this and share my experience in challenging myself to step out of my comfort zone.

Acknowledgement :
Special thanks to kak Ela who offered me to join the trip tho she could not make it. Many thanks to kak Erna, kak Indah and mas Endo who made this trip fun and enjoyable! Thanks for the companion.

-fin.-


No comments:

Post a Comment